Matahari terik menyengat menyinari dua orang laki-laki yang sedang bercengkrama dibalik dinding setengah runtuh itu. Laki-laki pertama sepertinya masih terlihat muda dengan tubuh yang cukup pendek cenderung tegap. Sementara laki-laki yang berada disampingnya terlihat letih dengan sekali-kali berhenti setelah mencangkul beberapa kali.
Mereka
adalah bapak Eko dan bapak Darto yang sudah lama bekerja membersihkan area bangunan
tua yang bernama Pesanggrahan Rejowinangun. Setiap harinya mereka membersihkan
rumput-rumput yang tumbuh serta lumut-lumut yang menempel pada dinding
bangunan. Mereka adalah dua orang yang dipekerjakan secara bergilir untuk
melestarikan bangunan cagar budaya di Yogyakarta.
Bapak Eko
dan bapak Darto adalah dua orang yang turut andil dalam menjaga bangunan tua di
Jogja. Bapak Eko sudah dua tahun bekerja untuk menjaga kelestarian dan
kebersihan Pesanggrahan ini. Sebelum ditempatkan di Pesanggrahan Rejowinangun,
dia menjaga di pesanggrahan Gua Siluman yang berada di Wonocatur, Sleman.
Sementara itu, bapak Darto baru berada di Pesanggrahan bersama bapak Eko satu
bulan yang lalu. Sebelumnya Pak Darto menjaga Gua Siluman selama dua tahun.
Namun untuk pengalaman menjaga bangunan cagar budaya, Bapak Darto sudah lebih
dahulu dari Bapak eko.
Ada banyak
cerita yang dibagikan oleh mereka saat saya mengajukan beberapa pertanyaan
seputar bangunan tua ini. Mereka menuturkan bahwa bangunan ini dulunya adalah
tempat peristirahatan para raja saat melakukan perjalanan. Lebih lanjut Pak Darto
menjelaskan bahwa runtuhnya bangunan ini dikarenakan peperangan dan bencana
alam. Bencana alam itu seperti gempa dengan berkekuatan besar yang melanda Kerajaan
Ngayoogyakarta masa itu.
Nama lain
dari Pasenggrahan Rejowinangun ini adalah Situs Warungboto. Letak bangunan ini
berada di Jalan Veteran, kelurahan Warungboto. Untuk mempermudah warga
mengingat bangunan ini maka warga sekitar memberi nama dengan Situs Warungboto.
Situs warungboto merupakan salah satu dari beberapa pesanggrahan yang dibuat
oleh Hamengkubuwono II.
Meskipun
berada di pinggir jalan bangunan ini seperti terlepas dari pandangan orang yang
berlalu lalang didepannya. Selain tidak memperlihatkan sebuah bangunan utuh, dinding
bangunan juga ditumbuhi lumut sehingga kesan keindahan dan keistimewaan yang
dikandungnya menjadi hilang. Namun bila Anda sedikit penasaran saja dan
menyempatkan untuk berkunjung kesini, keindahan dari sisi dalam bangunan ini
masih cukup tersisa.
Pada bagian
depan yang berbatasan langsung dengan jalan raya berfungsi sebagai bangsal atau
lobby. Di area ini kita bisa melihat pemandangan seluruh komplek bangunan.
Bergerak ke bawah bagian tengah kita akan menemukan dua tangga yang saling
bersisian menuju bagian bangsal. Saat kita melihat ke bagian belakang sedikit
ketengah, kita akan melihat di bagian paling bawah terdapat dua buah kolam yang
saling terhubung. Kolam pertama membentuk lingkaran yang menjadi sumber air
mancur. Sedangkan kolam kedua berbentuk kotak dengan luas kurang lebih 40 meter
persegi.
Pada sisi
paling belakang terdapat area yang masih cukup lebih baik dari area sekitarnya.
Dinding-dinding yang membentuk area ini masih berdiri kokoh. Dari area ini kita
juga bisa menikmati pemandangan kolam dari sisi dinding yang memiliki jendela
berbentuk persegi yang menghadap ke barat menuju jalan raya.
Saya sempat bertemu dan berbincang dengan beberapa rombongan pengunjung. Mereka adalah para siswa SMP yang bersekolah di Jogja. Mereka mengatakan baru kali ini ke sini. Saat saya Tanya tau bangunan ini dari mana, mereka mengatakan melihat dari foto instagram dai ponsel salah seorang teman mereka. Mereka berharap bangunan ini tetap lesari dan dapat pugar kembali.
Saya sempat bertemu dan berbincang dengan beberapa rombongan pengunjung. Mereka adalah para siswa SMP yang bersekolah di Jogja. Mereka mengatakan baru kali ini ke sini. Saat saya Tanya tau bangunan ini dari mana, mereka mengatakan melihat dari foto instagram dai ponsel salah seorang teman mereka. Mereka berharap bangunan ini tetap lesari dan dapat pugar kembali.
Untuk
menjaga dari aksi tangan jahil, bangunan ini dipagari dengan kawat besi
disekelilingnya. Reruntuhan bangunan bisa saja hilang diambil oleh orang yang
tidak bertanggung jawab. Selain itu, Bapak Eko mengatakan bahwa air yang berada
di kolam dulunya memancar deras, namun karena banyaknya sumur warga air menjadi
sedikit hingga akhirnya menghilang. Tidak tampak sedikitpun air yang mengisi
kedua kolam tersebut.
Saya sempat
mencari beberapa informasi tambahan mengenai Situs Warungboto saat menulis
artikel ini. Beberapa blog dan situs yang lebih dulu menginformasikan ditulis
bahwa terdapat patung burung Garuda dan patung Naga yang menjadi ornament
bangunan. Namun, saat berada disana, saya tidak melihat patung yang dimaksud.
Tempat
wisata ini cukup mudah untuk di datangi. Kurang lebih hanya 15 menit dari pusat
kota. Dari pusat kota Jogja, Anda bisa melewati Jalan Kusumanegara kearah Kebun
Binatang Gembiraloka. Saat perempatan pabrik susu SGM Anda berbelok ke arah
selatan sejauh 1 kilometer. Bangunan Pesanggrahan Rejowinangun terletak disisi
kanan jalan raya dan ditandai dengan dua buah plang nama bangunan sebagai
keterangan bahwa bangunan merupakan cagar budaya. Anda juga tidak perlu merogoh
kocek untuk dapat menikmati keindahan yang masih tertinggal di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar