Situs Tamansari
Tempat yang satu ini tidak kalah megah dan indahnya.
Pesanggrahan Taman Sari melukiskan betapa indahnya arsitektur bangunan kerajaan
pada masa silam. Terbayang dalam pikiran saya bahwa seni yang terkandung dalam
tiap ornament dari tembok taman sari memiliki makna mendalam dan penerapan ilmu
pengetahuan tentang seni tingkat tinggi.
Terbukti keindahan dan kemegahan bangunan masih bisa
dinikmati dan masih terjaga hingga kini. Meskipun beberapa puing bangunan pada
bagian belakang tempat ini terpisah dari keutuhannya, bayangan akan megahnya
bangunan ini terbayangkan. Patut saja jika bangunan yang membentang seluas 10
hektar ini menjadi situs nomor 19 di dunia sebagai cagar budaya yang harus
dilindungi.
Tepat jam 2 siang kendaraan yang saya bawa terpakir di lahan
parkir yang telah disediakan bagi pengunjung. Sistem parkir disini saya harus
membayar diawal sebesar 3000 rupiah. Saya pun berjalan menuju pintu gerbang
masuk tempat wisata ini. Dihadapan saya terpampnag tembok setinggi 5 meter menutupi
bagian belakang tempat ini. Tembok ini bukanlah tembok yang biasa-biasa saja.
tembok ini berseni tinggi karena bentuknya yang tidak biasa. Saya harus membeli
tiket seharga 5000 rupiah di tempat yang berada di samping kanan pagar masuk.
Setelah tiket ditangan, saya pun menuju lorong yang dijaga
oleh para penjaga tiket. Panjang lorong hanya 2 meter. Diujung lorong saya
menuruni tangga dan langsung berhadapan dengan 2 buah kolam besar berisi air
berwarna biru. Masing-masing sudut kolam terdapat ornament kolam yang
memancurkan air. Air kolam ini mengalir oleh mesin air yang terletak di samping
kolam bagian utara.
Saya menuju sisi selatan bangunan. Di sisi sini juga
terdapat kolam yang cukup luas. Tidak seperti kolam sebelumnya yang terbagi
menjadi dua bagian, kolam disisi selatan terdiri satu kolam utuh. Ada tangga
menurun menuju kolam sehingga kaki kita bisa merasakan hangatnya air siang itu.
Menginjak ke bagian belakang suasana cukup lengang. Dibagian
ketiga dari taman sari berupa tanah lapang. Disini lalu lalang beberapa wisatawan
local dan wisatawan mancanegara bersama tour guidenya. Saya pun melihat sebuah
ruang gallery lukisan. Saya sempat untuk masuk dan meminta ijin mengambil foto
atau video. Namun ternyata ruang ini beserta isinya terprivatisasi. OK, tidak
apa-apa.
Taman sari begitu luas. Namun, pada bagian tertentu bangunan
ini sudah dipadati rumah penduduk. Saya mencoba ke luar dari area ini menuju
pintu yang membatasi bagian Tamansari dengan rumah penduduk. Karena saya merasa
haus, saya sempatkan membeli sebotol minuman di sebuah rumah yang persis
berdampingan dengan bangunan ini.
Rumah ini bukanlah rumah biasa. Meskipun menjual minuman
dari dalam kulkas yang terpajang didepan rumah, namun usaha intinya adalah
lukisan beserta kaos lukis khas Tamansari. Saya sempat berbincang-bincang
beberapa menit kepada pemilik rumah, namanya Ibu Titi. Ibu Titi ini adalah
salah satu warga di area Tamansari. Desa ini terletak di RT 36 Kampung Taman
Kelurahan Patehan Yogyakarta. Beliau memiliki usaha lukisan dan kaos baju lukis
khas Tamansari. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa produk yang dia jual tidak
ada di toko di luar area Tamansari ini. Produk yang dijual memiliki keunikan
sendiri, selain di lukis kaos baju juga berbahan yang berbeda dengan baju-baju
biasa.
Ibu Titi merupakan satu dari beberapa warga yang menjual
lukisan dan baju kaos lukis disini. Harga yang ditawarkan mulai dari 150 ribu
sampai 300 ribu rupiah. Penjualan dari produk-produk Tamansari kebanyakan
melalui online. Saat saya berbincang-bincang para pelancong dari Malaysia turut
bertanya-tanya juga mengenai produk ibu Titi.
Saya sempat terkejut juga saat Ibu Titi mengatakan bahwa kampong
ini adalah Kampong Cyber. Saya pernah mendengar mengenai Kampong Cyber di
Jogja, dan saya pun baru tahu bahwa tempat inilah Kampong Cyber tersebut. Saya
pun lebih terkejut lagi bahwa Pendiri Facebook Mark Zukerberg mendatangi tempat
ini saat berada di Jogja waktu itu. Beliau pun meyakinkan saya dengan foto yang
saya dan pengunjung lain bisa lihat kebenaran atas apa yang dikatakan Ibu Titi tersebut di sebuah dinding rumah warga
disamping jalan perkampungan ini.
Setelah berbincang-bincang, rasa penasaran saya muncul
dengan foto Mark Zukerberg bersama warga di kampong ini. Ternyata memang foto
tersebut ada dan melekat di dinding rumah warga. Nampaknya foto ini menjadi
icon baru untuk promosi daearah wisata Tamansari.
Selanutnya saya mengitari perkampungan ini. Beberapa rumah
menjadi gallery lukisan dan sepertinya usaha pribadi sang pemilik rumah. Saya
pun sampai di sebuah pasar Ngasem. Saya baru tahu bahwa perkampungan ini tembus
sampai ke pasar Ngasem yang terkenal itu.
Untuk mengitari seluruh area tamansari paling tidak memakan
waktu 1,5 jam. Ada baiknya saat Anda kesini dalam keadaan fit dan jangan lupa
membeli minuman untuk menghilangkan rasa capek nantinya. Lebih seru jika Anda
ke sini dalam suatu rombongan. Kehangatan dan keharmonisan bersama keluarga
atau teman Anda tetap terjaga. Rasakan kehangatan sambutan warga sekitar.